Berbagi tentang kota palembang

Berusaha berbagi apa yang kita tau,adalah hal yang menyenangkan,,,,,,,

Berbagi tentang kota palembang

Berusaha berbagi apa yang kita tau,adalah hal yang menyenangkan,,,,,,,

Berbagi tentang kota palembang

Berusaha berbagi apa yang kita tau,adalah hal yang menyenangkan,,,,,,,

Berbagi tentang kota palembang

Berusaha berbagi apa yang kita tau,adalah hal yang menyenangkan,,,,,,,

Berbagi tentang kota palembang

Berusaha berbagi apa yang kita tau,adalah hal yang menyenangkan,,,,,,,

Selasa, 30 April 2013

Talia Joy Castellano, Lebih Memilih Mengejar Mimpinya Daripada Menyerah Pada Kanker Dan Leukimia

Kisah kali ini pasti akan menyentuh Anda yang membacanya karena semangatnya dalam mengejar mimpi yang tidak pernah padam walau dihadang oleh penyakit mematikan sekalipun. Talia Joy Castellano, itulah nama remaja 13 tahun yang tinggal di Orlando, Florida. Ia mempunyai komplikasi kanker sejak ia berumur 8 tahun. Saat itu, tepat pada perayaan Hari Valentine di tahun 2007, Talia pertama kali didiagnosa mengidap kanker neuroblastoma stadium 4.
Berbagai kemoterapi, operasi dan program radiasi telah ia lakukan. Ia kemudian dinyatakan bebas dari kanker, namun sayangnya pada September 2008 dokter menyatakan penyakitnya menyebar di bagian kecil limpa di dekat hati nya. Empat tahun lamanya tubuhnya menerima berbagai pengobatan yang tiada henti. Tahun lalu, ia didiagnosa terkena neuroblastoma dan leukemia. Dokter menyarankan Talia melakukan transplantasi, namun Talia menolak dan menikmati sisa-sisa harinya.
Karena kanker ini, ia pun kehilangan rambut indahnya. Dikatakan di Daily Mail, ia tidak ingin memakai wig karena itu bukan jati dirinya dan membuat dirinya merasa 'palsu'. Untuk meningkatkan kepercayaan dirinya, ia lebih memilih untuk memakai make up. Bahkan, ia membuat sebuat video blog di Youtube yang mencapai 39 juta view. Berikut videonya :
 
Di kesempatan lain, ia juga pernah menjadi tamu dari acara yang dibawakan oleh Ellen DeGeneres. Disana, ia mendapatkan kejutan berupa poster Covergirl dengan rupanya yang cantik. Saat ini, ia sedang mengejar salah satu mimpinya yaitu mempunyai fashion line. Ini pun menyentuh seorang Urbana Chappa, seorang wanita yang mempunyai label khusus untuk pakaian wanita. Ia yang dulunya juga sempat terdiagnosa kanker payudara pada umur 19 tahun ini kemudian membukakan jalan untuk Tania.


Urbana mengatakan ia sangat tersentuh ketika mereka pertama kali bertemu. Tania merupakan remaja yang kuat melewati ini semua dan sayangnya, ia tidak mempunyai banyak waktu untuk melakukan semua yang ia ingin capai. Mereka pun berkolaborasi dalam sebuah clothing brand bernama That Bald Chick, yang merujuk pada penampilan Talia yang botak. Pada Mail Online ia mengatakan bahwa gayanya cenderung ke 'preppy', rocker dan boho chic. Semua penjualan pun akan langsung diberikan kepada keluarganya untuk tagihan pengobatannya.
Musim panas lalu, dokter mengatakan bahwa Talia hanya mempunyai 4 hingga 12 bulan tersisa. Pada hari rabu kemarin, ia harus dilarikan ke rumah sakit karena gejala-gejala seperti mimisan dan muntah. Namun ia berkesempatan membuat video dan mengatakan, "Aku mendapat banyak hal dari penyakitku ini. Mempunyai channel Youtube, menginspirasi banyak orang dan mempunyai banyak teman dari itu. Perjalanan dari mempunyai kanker ini sangat menakjubkan. Namun, setiap perjalanan mempunyai akhir, bukan?"
Jika Anda berpikir Anda tidak bisa mencapai mimpi-mimpi, ingatlah sosok muda Talia ini. Semangatnya dalam mengejar apa yang ia inginkan dan keinginan untuk tetap hidup dengan ceria patut menjadi contoh. Jangan pernah padamkan semangat di hati Anda untuk meraih apa yang ingin Anda capai, Ladies. Karena Anda beruntung memiliki apa yang tidak Talia miliki.

Minggu, 28 April 2013

Kisah Pencuri Pepaya

Saya ingin mengawali renungan kita kali ini dengan mengingatkan pada salah satu kisah kehidupan yang mungkin banyak tercecer di depan mata kita. Cerita ini tentang seorang kakek yang sederhana, hidup sebagai orang kampung yang bersahaja. Suatu sore, ia mendapati pohon pepaya di depan rumahnya telah berbuah. Walaupun hanya dua buah namun telah menguning dan siap dipanen. Ia berencana memetik buah itu di keesokan hari. Namun, tatkala pagi tiba, ia mendapati satu buah pepayanya hilang dicuri orang.
Kakek itu begitu bersedih, hingga istrinya merasa heran. “masak hanya karena sebuah pepaya saja engkau demikian murung” ujar sang istri.

“bukan itu yang aku sedihkan” jawab sang kakek, “aku kepikiran, betapa sulitnya orang itu mengambil pepaya kita. Ia harus sembunyi-sembunyi di tengah malam agar tidak ketahuan orang. Belum lagi mesti memanjatnya dengan susah payah untuk bisa memetiknya..”

“dari itu Bune” lanjut sang kakek, “saya akan pinjam tangga dan saya taruh di bawah pohon pepaya kita, mudah-mudahan ia datang kembali malam ini dan tidak akan kesulitan lagi mengambil yang satunya”.
Namun saat pagi kembali hadir, ia mendapati pepaya yang tinggal sebuah itu tetap ada beserta tangganya tanpa bergeser sedikitpun. Ia mencoba bersabar, dan berharap pencuri itu akan muncul lagi di malam ini. Namun di pagi berikutnya, tetap saja buah pepaya itu masih di tempatnya.

Di sore harinya, sang kakek kedatangan seorang tamu yang menenteng duah buah pepaya besar di tangannya. Ia belum pernah mengenal si tamu tersebut. Singkat cerita, setelah berbincang lama, saat hendak pamitan tamu itu dengan amat menyesal mengaku bahwa ialah yang telah mencuri pepayanya.

“Sebenarnya” kata sang tamu, “di malam berikutnya saya ingin mencuri buah pepaya yang tersisa. Namun saat saya menemukan ada tangga di sana, saya tersadarkan dan sejak itu saya bertekad untuk tidak mencuri lagi. Untuk itu, saya kembalikan pepaya Anda dan untuk menebus kesalahan saya, saya hadiahkan pepaya yang baru saya beli di pasar untuk Anda”.

Hikmah yang bisa diambil dari kisah inspirasi diatas, adalah tentang keikhlasan, kesabaran, kebajikan dan cara pandang positif terhadap kehidupan.

Mampukah kita tetap bersikap positif saat kita kehilangan sesuatu yang kita cintai dengan ikhlas mencari sisi baiknya serta melupakan sakitnya suatu “musibah”?

"Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta."

Takut itu wajar

Perang Mu’tah, adalah perang yang secara rasio tak akan membuat manusia optimis apalagi yakin dengan kemenangan yang dijanjikan. Bayangkan saya, jumlah pasukan Romawi yang berkumpul pada hari itu lebih dari 200.000 tentara, lengkap dengan baju perang yang gagah, panji-panji dari kain sutra, senjata-senjata yang perkasa, lalu dengan kuda-kuda yang juga siap dipacu.

Abu Hurairah bersaksi atas perang ini. ”Aku menyaksikan Perang Mu’tah. Ketika kami berdekatan dengan orang-orang musyrik. Kami melihat pemandangan yang tiada bandingnya. Jumlah pasukan dan senjatanya, kuda dan kain sutra, juga emas. Sehingga mataku terasa silau,” ujar Abu Hurairah.
Sebelum melihatnya, pasukan para sahabat yang hanya berjumlah 3.000 orang-orang beriman, sudah mendengar kabar tentang besarnya pasukan lawan. Sampai-sampai mereka mengajukan berbagai pendapat, untuk memikirkan jalan keluar. Ada yang berpendapat agar pasukan Islam mengirimkan surat kepada Rasulullah saw, mengabarkan jumlah musuh yang dihadapi dan berharap kiriman bala bantuan lagi. Banyak sekali usulan yang mengemuka, sampai kemudian Abdullah ibnu Rawahah yang diangkap sebagai panglima pertama berkata di depan pasukan.

”Demi Allah, apa yang kalian takutkan? Sesungguhnya apa yang kalian takutkan adalah alasan kalian keluar dari pintu rumah, yakni gugur sebagai syahid di jalan Allah. Kita memerangi mereka bukan karena jumlahnya, bukan karena kekuatannya. Majulah ke medan perang, karena hanya ada dua kemungkinan yang sama baiknya, menang atau syahid!”

Pidato perang yang singkat, tapi sangat menggetarkan. Seperti yang kita tahu dalam sejarah, sebelum berangkat Rasulullah berpesan pada pasukan. Jika Zaid bin Haritsah terkena musibah, maka panglima akan diserahkan kepada Ja’far bin Abi Thalib. Dan jika Ja’far bin Abi Thalib juga terkena musibah, maka Abdullah ibnu Rawahah yang menggantikannya.


Mahasuci Allah dengan segala tanda-tanda-Nya. Perkataan Rasulullah benar terbukti, sebagai salah satu tanda-tanda kebesaran Allah. Zaid bin Haritsah syahid dalam peperangan ini. Kemudian panji-panji Rasulullah dipegang oleh Ja’far bin Abi Thalib. Panglima pasukan kaum Muslimin ini menunggangi kuda yang berambut pirang, bertempur dengan gagah. Di tengah-tengah peperangan ia bersenandung riang:

Duhai dekatnya surga

Harum dan dingin minumannya

Orang Romawi telah dekat dengan azabnya

Mereka kafir dan jauh nasabnya

Jika bertemu, aku harus membunuhnya

Dalam situasi perang, sungguh tak banyak pilihan. Menjadi yang terbunuh atau menjadi yang bertahan. Maka tentu saja senandung Ja’far ra berbunyi demikian. Tangan kanan Ja’far terputus karena tebasan pedang ketika mempertahankan panji pasukan. Kini tangan kirinya yang memegang. Tangan kirinya pun terbabat pula oleh tebasan. Sehingga panji-panji Islam dipegangnya dengan lengan atasnya yang tersisa hingga Ja’far ditakdirkan menemui syahidnya.

Ibnu Umar ra bersaksi, ”Aku sempat mengamati tubuh Ja’far yang terbujur pada hari itu. Aku menghitung ada 50 luka tikaman dan sabetan pedang yang semuanya ada dibagian depan dan tak satupun luka berada di bagian belakang.” Semoga Allah membalasnya dengan sayap yang kelak akan membuatnya terbang kemanapun dia suka.

Kini tiba giliran Abdullah ibnu Rawahah tampil ke depan untuk mengambil tanggung jawab, memimpin pasukan dan mengangkat panji-panji Islam. Ada kegundahan dalam hati dan pikirannya, karenanya Ibnu Rawahah memompa sendiri keberanian di dalam hatinya:

Aku bersumpah wahai jiwaku, turunlah!

Kamu harus turun atau kamu akan dipaksa

Bila manusia bersemangat dan bersuara

Mengapa aku melihatmu enggan terhadap surga

Dalam kalimat-kalimat syairnya di tengah laga, tergambar bahwa ada kegalauan dalam jiwa Abdullah ibnu Rawahah. Tentu saja hanya Allah yang Mengetahui. Apalagi dua sahabatnya, telah pergi mendahului. Melihat dua jasad mulia sahabatnya, Abdullah ibnu Rawahah kembali berkata:

Wahai jiwaku

Jika tidak terbunuh kamu juga pasti mati

Ini adalah takdir kan telah kau hadapi

Jika kamu bernasib seperti mereka berdua

Berarti kamu mendapat hidayah

Lalu kemudian, Abdullah ibnu Rawahah juga bertemu dengan syahidnya. Ini memang kisah tentang perang. Tapi sesungguhnya hikmah dan teladan yang ada di dalamnya, bermanfaat dalam semua peristiwa kehidupan. Dalam perang, tak ada sikap yang bisa disembunyikan. Pemberani, ketakutan, risau dan kegalauan, cerdik dan penuh akal, atau orang-orang yang selalu menghindar. Semua terlihat nyata. Tak ada yang bisa disembunyikan!

Takut, risau dan galau, sungguh adalah perasaan wajar yang muncul karena fitrah. Dalam sebuah periode kehidupan, kita seringkali merasakannya. Meski begitu, bukan pula alasan kita menghindar dari sesuatu yang harus kita taklukkan karena rasa takut, risau dan galau yang lebih menang. Kemudian kita mencari-cari alasan dengan menyebutnya dengan dalih strategi dan langkah pintar. Menunduk untuk menanduk, atau yang lainnya.

Gunung-gunung harus didaki, laut dan samudera harus diseberangi, lembah dan ngarai harus dijelajahi. Tantangan hidup harus ditaklukan bukan dihindari. Dan tujuan besar hidup kita sebagai seorang Muslim adalah menegakkan kebenaran dan menyebarkan kebaikan.

Berbuat kebaikan dan mencegah manusia dari kemunkaran, harus dilakukan, betapapun pahitnya balasan yang akan didapatkan. Ketakutan, risau dan galau akan selalu datang. Tapi berkali-kali pula kita harus mampu mengalahkan mereka dan berkata pada diri sendiri. Meniru ulang apa yang dikatakan sahabat Abdullah ibnu Rawahah dengan gagah pada hati dan akalnya, ”Apakah engkau enggan pada nikmat Allah yang Maha Tinggi?!” Wallahu a’lam bi shawab.

Ciptakan Palembang Aman Dari Kriminalitas

Dalam acara launching maklumat Kapolda Sumsel tentang penarikan penyerahan senjata api ilegal serta penandatanganan Momerandum of Understanding penggelaran bhayangkara pembina kamtibmas (Bhabinkamtibnas) pada hari Rabu (6/3) di Sriwijaya Promotion Center, Walikota Palembang, Ir. H. Eddy Santana Putra, MT, mengimbau warganya untuk terus menjaga keamanan dan ketertiban walau kondisi Kota Palembang relatif aman. Acara yang turut dihadiri oleh Kapolresta Palembang Komisaris Besar Sabaruddin Ginting, Dandim 0418 Letkol Dody dan tokoh masyarakat itu lebih menekankan pada pencegahan dan penanggulangan tindak kriminal di setiap sudut kota. Eddy mengatakan, setelah penandatanganan ini, akan ada bhanbinkamtibnas di 107 kelurahan di Palembang.
Sementara itu, Kepala Polresta Palembang, Kombes Polisi Sabaruddin Ginting, mengatakan, secara umum tingkat kriminalitas di Kota Palembang masih tinggi. Namun, polisi berhasil mengungkap sejumlah kasus, seperti pencurian dengan kekerasan, pencurian kendaraan bermotor, penganiayaan berat dan kasus-kasus narkoba. Semua ini tak lepas dari kesigapan aparat dan laporan dari masyarakat. Ia menjelaskan, Bhabinkamtibmas merupakan program Mabes Polri untuk mendekatkan polisi dan membangun kemitraan dengan masyarakat. Anggota Bhabinkamtibmas harus peka terhadap berbagai persoalan yang dihadapi warga, serta dapat berkoordinasi secara rutin dengan perangkat kelurahan. Terkait maklumat, Kapolda Sumsel Iskandar Hasan, Sabaruddin mengharapkan tidak ada lagi warga Palembang yang menyimpan senjata api ilegal. Jika ada maka harus segera diberikan ke kepolisian.