Berbagi tentang kota palembang

Berusaha berbagi apa yang kita tau,adalah hal yang menyenangkan,,,,,,,

Berbagi tentang kota palembang

Berusaha berbagi apa yang kita tau,adalah hal yang menyenangkan,,,,,,,

Berbagi tentang kota palembang

Berusaha berbagi apa yang kita tau,adalah hal yang menyenangkan,,,,,,,

Berbagi tentang kota palembang

Berusaha berbagi apa yang kita tau,adalah hal yang menyenangkan,,,,,,,

Berbagi tentang kota palembang

Berusaha berbagi apa yang kita tau,adalah hal yang menyenangkan,,,,,,,

Kamis, 31 Mei 2012

Satpol-PP Segel Tiga Rumah Makan

Pemerintah Kota Palembang.


Satuan Polisi Pamong Praja bersama Dinas Pendapatan Daerah Kota Palembang pada hari Rabu (30/5) kemarin, akhirnya menyegel tiga rumah makan dari 28 rumah makan (RM) yang tidak membayar kewajiban pajak selama tiga tahun. Ketiga RM tersebut adalah RM Omega Jaya yang berganti nama menjadi Omega Raya di kawasan 1 Ulu dengan tunggakan sebesar Rp. 7 juta, RM Sido Mampir yang berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman dan RM Simpang Tigo di kawasan simpang BLK dengan tunggakan pajak sekitar Rp. 9 juta.

Darwin menegaskan, penyegelan dilakukan setelah memberi peringatan ketiga namun tidak juga diperhatikan. Adapun data objek pajak restoran dan rumah makan yang terdata di Dinas Pendapatan (Dispenda) Kota Palembang saat ini, sebut Darwin, sebanyak 1.100 usaha.

Objek pajak ini terbagi dalam dua kategori, yakni permanen dan nonpermanen. Rinciannya, restoran permanence banyak 800 lebih usaha dan nonpermanen atau emperan 300 lebih usaha. Namun, pihaknya menilai, potensi objek pajak nonpermanen masih belum terserap maksimal, dan diperkirakan masih 400–500 usaha yang belum terkena pajak. Saat ini, pihak UPTD Dispenda kecamatan masih terus mendata jumlahnya.

Sementara itu, Plh Kepala Satpol PP Kota, Muhammad Sabar menyatakan, pihaknya sebagai penegak perda berkoordinasi dengan Dinas Pendapatan dan Belanja (Dispenda) Kota Palembang untuk memantau masyarakat yang tidak menjalankan kewajibannya membayar pajak. Penyegelan yang dilakukan ini sudah berdasarkan Perda 12/2010 tentang Pajak Restoran, sebagai bentuk peringatan kepada restoran atau RM yang mengalami tunggakan. Selain menyegel tiga RM, pihaknya juga melakukan juga pembongkaran terhadap bangunan dan gubuk liar tanpa izin yang berada di kawasan Kertapati dan Jalan Rajawali.

Wawako Buka Kejuaraan POPDA Kota Palembang 2012

Wakil Wali Kota Palembang,H.Romi Herton


Kejuaraan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) kota Palembang yang dibuka langsung oleh Wakil Walikota Palembang, H. Romi Herton di Stadion Garuda Kamboja, Selasa (29/5) lalu, diikuti oleh 2.432 pelajar tingkat SD, SMP dan SMA dari 16 kecamatan. Kejuaraan yang memperebutkan tropi bergilir Walikota Palembang tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 29 mei hingga 1 Juni. Kompetisi ini mempertandingkan 14 cabang olahraga (Cabor) yaitu, Atletik, Senam, Renang, Panahan, Pencak Silat, Tenis Meja, Tenis Lapangan, Bola Voli, Bulu tangkis, Sepak Takraw, Sepak bola, Bola Basket, Karate dan Taekwondo.

Dalam sambutannya, H Romi Herton mengatakan, kompetisi POPDA adalah sebagai wadah demi meningkatkan prestasi para pelajar, memantau semua calon olahragawan di tingkat pelajar demi kemajuan kota Palembang. Kegiatan ini merupakan suatu sarana untuk menunjang dalam pencarian talenta muda berbakat di bidang olahraga yang nantinya bisa mengikuti kompetisi di tingkat provinsi, dan nasional. Selain itu, kompetisi tersebut juga bermanfaat dalam rangka pembentukan watak, kepribadian, disiplin dan sportifitas yang tinggi.

Secara terpisah, Ketua Pelaksana POPDA, Kaprawi S.Pd Msi mengatakan bahwa kegiatan positif ini juga diharapkan mampu untuk meminimalisir dampak kenakalan remaja melakukan kegiatan yang bersifat negatif, seperti penggunaan obat-obatan terlarang.

Rabu, 30 Mei 2012

Disdikpora Kota Jamin Sistem PSB yang Transparan

Kepala Dinas Pendidikan,Pemuda





Usai menghadiri kegiatan perpisahan siswa kelas tiga SMPN 1 Palembang di Hotel Swarna Dwipa hari Senin (28/05), Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kota Palembang, Riza Pahlevi mengatakan, pihaknya memberikan jaminan proses penerimaan siswa baru (PSB) tahun ajaran 2012/2013 akan transparan dan bebas dari siswa titipan. PSB yang dilakukan Disdikpora Palembang melalui proses yang tidak mudah. Ada tiga tahapan yang harus dijalani oleh para siswa, yaitu melalui seleksi sekolah unggulan, sistem penerimaan PMPA khusus bagi anak berprestasi dan seleksi reguler. Bila si Anak tersebut memang pintar, maka dia hanya tinggal ikut PMPA, memilih rayon yang ia kehndaki dan menunggu hasilnya.Sehubungan dengan adanya perbedaan data penerimaan siswa di internet dan pengumuman di sekolah seperti yang terjadi pada tahun-tahun lalu, pihaknya tak bisa menyalahkan siapa pun karena resiko dalam penggunaan teknologi pasti selalu ada. Namun, pihaknya berupaya untuk mengantisipasi masalah tersebut dengan memberikan pengawasan ekstra terhadap sistem tersebut.

Kader Lingkungan Berlatih Kelola Sampah



Sampah yang sudah menjadi isu nasional ini mengalami peningkatan timbunan sampah 2 hingga 4% per tahun. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk perkotaan, perkembangan kota yang kian pesat dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah-sampah tersebut. Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Palembang kembali menggelar pelatihan pengelolaan sampah bagi 65 kader lingkungan di 16 kecamatan selama dua hari (29-30 Mei) agar mereka dapat mengelola sampah di lingkungan mereka masing-masing. Kegiatan tersebut digelar di Hotel Swarna Dwipa yang dibuka secara resmi oleh staf ahli Walikota Palembang Bidang Pendapatan, Masriadi.

Masriadi mengatakan, saat ini, masyarakat masih belum sepenuhnya sadar bahwa sampah-sampah tersebut dapat merusak lingkungan, seperti menimbulkan penyakit, perubahan iklim akibat efek rumah kaca, pencemaran sumber air tanah dan lain-lain. Pencemaran yang dapat menyebabkan emisi gas rumah kaca juga mempengaruhi perubahan iklim yang kian tak terduga. Selain perubahan iklim, sampah akan menimbulkan penguapan air dipermukaan. Sampah yang dibuang sembarangan di sungai atau di daratan (tanah) itu semakin lama akan menjadi ancaman bagi lingkungan.

Ia menambahkan, permasalahan ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama menanggulangi masalah ini. Pengelolaan sampah bukan hanya membuang sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), namun sampah harus dipilah agar menjadi suatu yang bermanfaat dan bernilai ekonomis. Para kader juga diharapkan mampu menjadi motivator dan role model yang dapat membagi kemampuan mereka kepada masyarakat sehingga akan banyak lahir para pemerhati lingkungan di Kota Palembang.

Selasa, 29 Mei 2012

Lima Bus Transmusi Khusus Bagi Mahasiswa

BRT Transmusi

PT. Sarana Pembangunan Palembang Jaya (PT. SP2J) akan membuka kembali layanan Transmusi rute Palembang-Indralaya pada hari Senin, 28 Mei. Sebelumnya, rute tersebut sudah mengoperasikan tiga Bus Transmusi dengan ukuran sedang. Namun, karena ada kendala, rute tersebut sempat dihentikan.

Manajer Transmusi Aris Rachmansyah, Jumat (25/5) mengatakan, lima bus berukuran besar khusus untuk mahasiswa tersebut yang merupakan bantuan dari Kementerian Perhubungan RI akan beroperasi di koridor tersebut. Kelima bus akan berangkat pukul 06.00 atau 06.15 pagi dan tersedia 4 halte keberangkatan yang dipilih karena paling banyak penumpang mahasiswanya, yaitu Halte Unsri Bukit Kecil dengan satu unit bus, Halte BNI Syariah dengan dua unit bus, Halte PDAM simpang Polda, dan Halte seberang DPRD Palembang, masing-masing dengan satu unit bus. Bus Transmusi tersebut tidak akan mengambil penumpang di halte yang dilalui. Tarif bus ditentukan sebesar Rp 7.000 untuk sekali jalan dan hanya bisa dibayar dengan menggunakan smart card. Sementara, untuk penumpang umum, PT. Sarana Pembangunan menyiapkan tiga Transmusi berukuran sedang dengan titik keberangkatan di Terminal Karya Jaya.

Sebelumnya, Walikota Palembang, Ir. H. Eddy Santana Putra, MT mengatakan, Pemkot Palembang terus berupaya untuk menciptakan sarana transportasi yang nyaman. 120 unit armada yang beroperasi saat ini dirasakan masih kurang. Oleh karena itu, pihaknya berusaha untuk menambahnya lagi menjadi 250 unit tahun ini. Dananya akan kita siapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Palembang Tahun 2012.

Penataan Pemukiman Kumuh di Kota Palembang

Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya (PUCK) Kota Palembang mencatat sekitar 30.000 unit rumah di Kota Palembang dinilai tak layak huni yang meliputi kawasan kumuh di dareah 5 Ulu, 7 Ulu, 1 Ulu, 3/4 Ulu, 11 Ulu, 12 Ulu dan Tuan Kentang. Sebelumya, Pemkot Palembang telah menargetkan setiap tahunnya akan mampu membangun minimal 200 rumah sederhana karena masih banyak masyarakat yang hidup dengan tempat tinggal kurang layak, baik dari segi bangunan rumahnya maupun fasilitas penunjangnya. Hal ini dilakukan untuk mendorong peningkatan kualitas kesejahteraan rakyat, pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan kualitas lingkungan pemukiman.

Walikota Palembang, Ir. H. Eddy Santana Putra, MT mengatakan, saat ini, Pemkot Palembang terus melakukan pembenahan dengan terus melakukan penataan pemukiman kumuh. Walaupun usaha pencapaian program penataan di kawasan Seberang Ulu baru mencapai 10%, namun program ini sudah mendapatkan perhatian dan dorongan besar dari pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Kementerian PU, khususnya untuk rumah murah di Kelurahan 3/4 Ulu dan rusunawa di Kasnariansyah. Hal yang sama juga akan dilakukan di Seberang Ilir seperti di Kalidoni atau Sekanak.

Eddy berharap, Walikota Palembang pada periode berikutnya beserta semua komponen masyarakat termasuk program Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan swasta, BUMN, BUMD, dan REI diharapkan dapat melanjutkan program rumah murah yang sudah berjalan saat ini.

Sementara itu, Direktur Pengembangan Pemukiman (Bangkim) Direktorat Jenderal (Ditjend) Cipta Karya Amwazi, Idrus menilai perkembangan penataan kawasan kumuh di Kota Palembang sudah terbilang bagus. Apalagi pengembangan rumah murah disertai dengan penataan kawasan kumuh menjadi lebih baik. Oleh karena itu, Pemkot Palembang berhasil mendapat penghargaan Adiupaya Puritama tahun 2011 untuk kategori tata kumuh dan sanitasi kota metropolitan.

Senin, 28 Mei 2012

PAKAIAN ADAT PALEMBANG

download

Pakaian Pengantin Adat Palembang

Pakaian Adat Palembang sangat erat berkaitan dengan kejayaan kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam pada zaman dahulu. Secara garis besar Pakaian adat daerah-daerah di Nusantara di pengaruhi oleh pakaian yang dikenakan oleh Raja di Nusantara pada Zaman dahulu, dan begitu juga dengan pakaian adat palembang yang mengadopsi dari Pakaian yang di kenakan oleh Raja dari Kerajaan Sriwijaya pada zaman dahulu

pama pakaian adat palembang lebih dikenal oleh masyarakat palembang dengan sebutan "baju gede" atau "baju penganggon". Baju adat Palembang didominasi oleh warna merah dengan benang emas, warna merah ke-emasan ini berasal dari tenunan kain songket berunsur gemerlap dan keemasan sesuai dengan citra kerajaan Sriwijaya pada zaman dahulu, yang dikenal masyarakat dunia sebagai swarnadwipa atau Pulau emas.

Pakaian Pengantin Palembang seperti yang telah saya uraikan di atas juga merupakan pakaian yang mengadopsi dari Pakaian Adat. tapi dalam perkembangan nya di Masyarakat Palembang busana pengantin palembang ini mengalami banyak perubahan atau modifikasi, yang pada awal nya pakaian pengantin palembang berwarna merah dan emas, kini... pakaian pengantin palembang memiliki banyak variasi warna,


Pakaian Adat Palembang - Songket
Sejarah palembang mencatat terdapat beberapa masa kejayaan , mulai dari kejayaan kerajaan sriwijaya
sampai dengan kesultanan Palembang Darussalam.
Hal ini berpengaruh kepada pakaian adat, songket memiliki unsur gemerlap dan kilauan emas
yang memancar dari kain tenun ini. Rangkaian benang tersusun dan teranyam lewat pola simetris .

Songket di kenakan



Songket tradisional dibuat dengan keterampilan masyarakat yang memahami cara untuk membuat kain bermutu.serta diserasikan dengan design. Dan Kemampuan ini diwariskan secara turun menurun.

Sewet Songket atau kain Songket adalah kain yang biasanya dipakai atau dikenakan sebagai pembalut bagian bawah pakaian wanita. Biasanya sewet ini berteman dengan kemban atau selendang.

Kain tenun songket Palembang ini, sangat menarik, ditelusuri sejarahnya, maknanya, dan teknik pembuatannya. Kalau kita menilik warnanya yang khas, dan motif hiasnya yang indah, pastilah kita berkesimpulan bahwa songket ini dibuat dengan keterampilan, ketelatenan, kesabaran,dan daya kreasi yang tinggi.

Berikut Tampilan Dari Pakaian adat Palembang – SONGKET





Sabtu, 26 Mei 2012

RUMAH ADAT PALEMBANG


Rumah Bari Palembang (Rumah Adat Limas)
Rumah Bari Palembang (Rumah Adat Limas) merupakan Rumah panggung kayu. Bari dalam bahasa Palembang berarti lama atau kuno. Dari segi arsitektur, rumah-rumah kayu itu disebut rumah limas karena bentuk atapnya yang berupa limasan. Sumatera Selatan adalah salah satu daerah yang memiliki ciri khas rumah limas sebagai rumah tinggal. Alam Sumatera Selatan yang lekat dengan perairan tawar, baik itu rawa maupun sungai, membuat masyarakatnya membangun rumah panggung. Di tepian Sungai Musi masih ada rumah limas yang pintu masuknya menghadap ke sungai.
Rumah panggung secara fungsional memenuhi syRumah Bari Palembang (Rumah Adat Limas)
Rumah Bari Palembang (Rumah Adat Limas) merupakan Rumah panggung kayu. Bari dalam bahasa Palembang berarti lama atau kuno. Dari segi arsitektur, rumah-rumah kayu itu disebut rumah limas karena bentuk atapnya yang berupa limasan. Sumatera Selatan adalah salah satu daerah yang memiliki ciri khas rumah limas sebagai rumah tinggal. Alam Sumatera Selatan yang lekat dengan perairan tawar, baik itu rawa maupun sungai, membuat masyarakatnya membangun rumah panggung. Di tepian Sungai Musi masih ada rumah limas yang pintu masuknya menghadap ke sungai.
Rumah panggung secara fungsional memenuhi syarat mengatasi kondisi rawa dan sungai seperti di Palembang, yang sempat dijuluki Venesia dari Timur karena ratusan anak sungai yang mengelilingi wilayah daratannya. Batanghari sembilan adalah sebutan untuk Sungai-sungai yang bermuara ke Sungai Musi. Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Enim, Sungai Hitam, Sungai Rambang, Sungai Lubay.Namun, seiring berjalannya waktu, lingkungan perairan sungai dan rawa justru semakin menyempit. Rumah- rumah limas yang tadinya berdiri bebas di tengah rawa atau di atas sungai akhirnya dikepung perkampungan.
Ada dua jenis rumah limas di Sumatera Selatan, yaitu rumah limas yang dibangun dengan ketinggian lantai yang berbeda dan yang sejajar. Rumah limas yang lantainya sejajar ini kerap disebut rumah ulu.
Bangunan rumah limas biasanya memanjang ke belakang. Ada bangunan yang ukuran lebarnya 20 meter dengan panjang mencapai 100 meter. Rumah limas yang besar melambangkan status sosial pemilik rumah. Biasanya pemiliknya adalah keturunan keluarga Kesultanan Palembang, pejabat pemerintahan Hindia Belanda, atau saudagar kaya.
Bangunan rumah limas memakai bahan kayu unglen atau merbau yang tahan air. Dindingnya terbuat dari papan-papan kayu yang disusun tegak. Untuk naik ke rumah limas dibuatlah dua undak-undakan kayu dari sebelah kiri dan kanan.
Bagian teras rumah biasanya dikelilingi pagar kayu berjeruji yang disebut tenggalung. Makna filosofis di balik pagar kayu itu adalah untuk menahan supaya anak perempuan tidak keluar dari rumah.
Memasuki bagian dalam rumah, pintu masuk ke rumah limas adalah bagian yang unik. Pintu kayu tersebut jika dibuka lebar akan menempel ke langit- langit teras. Untuk menopangnya, digunakan kunci dan pegas.
Bagian dalam ruangan tamu, yang disebut kekijing, berupa pelataran yang luas. Ruangan ini menjadi pusat kegiatan berkumpul jika ada perhelatan. Ruang tamu sekaligus menjadi "ruang pamer" untuk menunjukkan kemakmuran pemilik rumah. Bagian dinding ruangan dihiasi dengan ukiran bermotif flora yang dicat dengan warna keemasan. Tak jarang, pemilik menggunakan timah dan emas di bagian ukiran dan lampu- lampu gantung antik sebagai aksesori.



BagI pemilik rumah yang masih memerhatikan perbedaan kasta dalam keturunan adat Palembang, mereka akan membuat lantai rumahnya bertingkat-tingkat untuk menyesuaikan kasta tersebut.
Salah satu rumah limas yang menghormati perbedaan adat itu adalah rumah limas milik keluarga almarhum Bayumi Wahab. Lantai rumah itu dibuat menjadi tiga tingkat sesuai dengan urutan keturunan masyarakat Palembang, yaitu raden, masagus, dan kiagus. Rumah yang berada di Jalan Mayor Ruslan ini awalnya berdiri di daerah Tanjung Sejaro, Ogan Komering Ilir. Rumah ini dipindahkan ke Palembang tahun 1962, tetapi rumah tersebut tidak lagi dipakai sebagai hunian sehari-hari.
Rumah limas sebenarnya dapat menjadi hunian yang nyaman. Dengan sedikit sentuhan, rumah panggung dari kayu ini dapat menjadi tempat tinggal yang hangat. Contohnya adalah rumah limas milik keluarga Muhammad Akib Nasution di Jalan Bank Raya, Palembang.
Rumah tersebut aslinya memiliki panjang 65 meter dan lebar 25 meter, tetapi karena tanah Akib di Palembang terbatas, rumah kayu itu pun terpaksa dipotong. Panjangnya tinggal 25 meter dan lebar sekitar 8 meter.
Akib, mantan pegawai Dinas Pekerjaan Umum Sumsel, itu melakukan beberapa perubahan terhadap rumah limas tersebut. Bagian tangganya diganti dengan tangga melingkar dari batu. Pintu masuknya diganti dengan daun pintu yang membuka ke arah dalam.
Bagian ruang tamunya lebih sempit karena ruang yang tersisa disekat menjadi empat kamar tidur. Meskipun tidak terlalu luas, ruangan tamu ini tetap menjadi ruangan yang termewah.
Ruang berukuran delapan kali tiga meter tersebut diberi pembatas berupa panel ukiran motif bunga matahari, pakis, dan sulur-suluran. Ketika rumah itu baru dipindah ke Palembang dan disusun kembali, Akib sengaja memesan panel ukiran baru kepada seorang perajin untuk menggantikan ukir-ukiran lama yang sudah rusak.sekarang sudah sulit mencari perajin yang bisa mengukir sehalus dan serapi ini.
Warna cat yang kuning keemasan tetap dipertahankan sebagai ciri khas Palembang. Selain ukiran kayu, lemari hias berukir sepanjang dinding menjadi penegas dari ruangan tamu.
Ruangan tidur utama memiliki kamar mandi pribadi, lengkap dengan bath tub dan shower. Akib tetap mempertahankan ciri khas pintu kamar yang dibuat lebih tinggi dari lantai. Kebetulan ia dan istrinya gemar berburu barang antik sehingga ranjang buatan Belanda pun dipajang di tempat peraduan.
Karena ruangan yang terbatas, dapur bersih dan dapur kotor dibangun menyatu di bagian paling belakang rumah tersebut.
Namun, sayangnya keluarga Akib hanya menempati rumah tersebut selama dua tahun.
Begitulah, rumah limas yang tidak sekadar indah, tetapi juga mempunyai banyak filosofi di dalamnya, pelan-pelan tertinggal oleh kemajuan zamanarat mengatasi kondisi rawa dan sungai seperti di Palembang, yang sempat dijuluki Venesia dari Timur karena ratusan anak sungai yang mengelilingi wilayah daratannya. Batanghari sembilan adalah sebutan untuk Sungai-sungai yang bermuara ke Sungai Musi. Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Enim, Sungai Hitam, Sungai Rambang, Sungai Lubay.Namun, seiring berjalannya waktu, lingkungan perairan sungai dan rawa justru semakin menyempit. Rumah- rumah limas yang tadinya berdiri bebas di tengah rawa atau di atas sungai akhirnya dikepung perkampungan.
Ada dua jenis rumah limas di Sumatera Selatan, yaitu rumah limas yang dibangun dengan ketinggian lantai yang berbeda dan yang sejajar. Rumah limas yang lantainya sejajar ini kerap disebut rumah ulu.
Bangunan rumah limas biasanya memanjang ke belakang. Ada bangunan yang ukuran lebarnya 20 meter dengan panjang mencapai 100 meter. Rumah limas yang besar melambangkan status sosial pemilik rumah. Biasanya pemiliknya adalah keturunan keluarga Kesultanan Palembang, pejabat pemerintahan Hindia Belanda, atau saudagar kaya.
Bangunan rumah limas memakai bahan kayu unglen atau merbau yang tahan air. Dindingnya terbuat dari papan-papan kayu yang disusun tegak. Untuk naik ke rumah limas dibuatlah dua undak-undakan kayu dari sebelah kiri dan kanan.
Bagian teras rumah biasanya dikelilingi pagar kayu berjeruji yang disebut tenggalung. Makna filosofis di balik pagar kayu itu adalah untuk menahan supaya anak perempuan tidak keluar dari rumah.
Memasuki bagian dalam rumah, pintu masuk ke rumah limas adalah bagian yang unik. Pintu kayu tersebut jika dibuka lebar akan menempel ke langit- langit teras. Untuk menopangnya, digunakan kunci dan pegas.
Bagian dalam ruangan tamu, yang disebut kekijing, berupa pelataran yang luas. Ruangan ini menjadi pusat kegiatan berkumpul jika ada perhelatan. Ruang tamu sekaligus menjadi "ruang pamer" untuk menunjukkan kemakmuran pemilik rumah. Bagian dinding ruangan dihiasi dengan ukiran bermotif flora yang dicat dengan warna keemasan. Tak jarang, pemilik menggunakan timah dan emas di bagian ukiran dan lampu- lampu gantung antik sebagai aksesori.
Bagi pemilik rumah yang masih memerhatikan perbedaan kasta dalam keturunan adat Palembang, mereka akan membuat lantai rumahnya bertingkat-tingkat untuk menyesuaikan kasta tersebut.
Salah satu rumah limas yang menghormati perbedaan adat itu adalah rumah limas milik keluarga almarhum Bayumi Wahab. Lantai rumah itu dibuat menjadi tiga tingkat sesuai dengan urutan keturunan masyarakat Palembang, yaitu raden, masagus, dan kiagus. Rumah yang berada di Jalan Mayor Ruslan ini awalnya berdiri di daerah Tanjung Sejaro, Ogan Komering Ilir. Rumah ini dipindahkan ke Palembang tahun 1962, tetapi rumah tersebut tidak lagi dipakai sebagai hunian sehari-hari.
Rumah limas sebenarnya dapat menjadi hunian yang nyaman. Dengan sedikit sentuhan, rumah panggung dari kayu ini dapat menjadi tempat tinggal yang hangat. Contohnya adalah rumah limas milik keluarga Muhammad Akib Nasution di Jalan Bank Raya, Palembang.
Rumah tersebut aslinya memiliki panjang 65 meter dan lebar 25 meter, tetapi karena tanah Akib di Palembang terbatas, rumah kayu itu pun terpaksa dipotong. Panjangnya tinggal 25 meter dan lebar sekitar 8 meter.
Akib, mantan pegawai Dinas Pekerjaan Umum Sumsel, itu melakukan beberapa perubahan terhadap rumah limas tersebut. Bagian tangganya diganti dengan tangga melingkar dari batu. Pintu masuknya diganti dengan daun pintu yang membuka ke arah dalam.
Bagian ruang tamunya lebih sempit karena ruang yang tersisa disekat menjadi empat kamar tidur. Meskipun tidak terlalu luas, ruangan tamu ini tetap menjadi ruangan yang termewah.
Ruang berukuran delapan kali tiga meter tersebut diberi pembatas berupa panel ukiran motif bunga matahari, pakis, dan sulur-suluran. Ketika rumah itu baru dipindah ke Palembang dan disusun kembali, Akib sengaja memesan panel ukiran baru kepada seorang perajin untuk menggantikan ukir-ukiran lama yang sudah rusak.sekarang sudah sulit mencari perajin yang bisa mengukir sehalus dan serapi ini.
Warna cat yang kuning keemasan tetap dipertahankan sebagai ciri khas Palembang. Selain ukiran kayu, lemari hias berukir sepanjang dinding menjadi penegas dari ruangan tamu.
Ruangan tidur utama memiliki kamar mandi pribadi, lengkap dengan bath tub dan shower. Akib tetap mempertahankan ciri khas pintu kamar yang dibuat lebih tinggi dari lantai. Kebetulan ia dan istrinya gemar berburu barang antik sehingga ranjang buatan Belanda pun dipajang di tempat peraduan.
Karena ruangan yang terbatas, dapur bersih dan dapur kotor dibangun menyatu di bagian paling belakang rumah tersebut.
Namun, sayangnya keluarga Akib hanya menempati rumah tersebut selama dua tahun.
Begitulah, rumah limas yang tidak sekadar indah, tetapi juga mempunyai banyak filosofi di dalamnya, pelan-pelan tertinggal oleh kemajuan zaman

Jumat, 25 Mei 2012

Mengenal jenis jenis makanan khas palembang


Pernahkah anda menyadari bahwa kota Palembang ternyata sangat kaya akan berbagai jenis makanan dan masakan khas yang uuuueenaak bangeeeet….atau super lezat. Mulai dari jenis kudapan seperti dessert; es kacang merah, srikayo dan puding yang terbuat dari agar-agar asli rumput laut, bolu, hingga masakan misalnya ada pindang ikan patin meranjat (meranjat nama salah satu daerah di sumsel), tempoyak, berengkes tempoyak, sop buntut hingga makanan khas yang sudah terkenal yaitu pempek dengan berbagai jenis; misalnya otak-otak ikan, pempek adaan, pempek kriting, pempek pastel, pempek telor, pempek panggang, pempek lenggang, serta kerupuk juga dengan berbagai jenis, ada yang terbuat dari ikan, udang, dan cumi-cumi serta kepiting hingga kerupuk yang terbuat dari belut dan bekicot yang terakhir ini berasal dari pulau bangka dan sekitarnya.
Kebanyakan orang Indonesia yang berasal dari suku lain, maksudnya yang bukan berasal dari Palembang dan sumsel hanya tahu bahwa makanan khas palembang adalah pempek saja. Sehingga pempek memang yang paling dikenal daripada jenis makanan khas-nya yang lain. Padahal kenyataannya terdapat banyak sekali jenis makanan dan masakan khas Palembang yang lain yang mungkin belum dikenal oleh orang Indonesia yang berasal dari suku lain. Sungguh disayangkan bila anda sampai tidak tahu tentang jenis-jenis makanan dan masakan khas yang terdapat di Palembang karena semua jenis makanan dan masakan tersebut sangat lezat dan sedap.
Tahukah Anda bahwa ternyata ada banyak sekali jenis makanan khas Palembang, mungkin kalo dihitung bisa lebih dari 30 jenis makanan yang super enaak dan lezaaat yang terdapat di kota yang terkenal dengan pempek tersebut. Contohnya ada: Burgo, lakso, celimpungan, laksan, tekwan, model ikan dan model gandum, rujak mi, mi celor, martabak HAR (martabak India), bolu delapan jam, bolu maksubah, itu baru jenis makanan kemudian untuk makanan pencuci mulut atau dessert: ada srikayo, aneka puding yang terbuat dari rumput laut asli dan es kacang merah yang sangat khas yang tidak terdapat didaerah lain di Indonesia. Kemudian untuk masakan ada tempoyak dan berengkes ikan (pepes ikan patin diramu dengan durian yang difermentasikan), ada pindang ikan patin meranjat yang lezat sekali apalagi ditambah dengan sambal bacang/mangga putih muda dan makanannya selagi hangat dijamin pasti satu piring tidak cukup. Bahkan pakar kuliner maknyus pak Bondan dan pak Wiliam Wongso sudah beberapa kali mengunjungi tempat-tempat kuliner di Palembang dan sudah dipublikasikan di acara kuliner di beberapa televisi swasta.
Untuk jelasnya silahkan lihat sebagian jenis makanan tersebut dari gambar-gambar yang dipaparkan ini. Anda mau mencoba? sayangnya akan lebih terasa di lidah rasa yang asli apabila anda mengunjungi langsung kota Palembang, karena meskipun mungkin di kota seperti Jakarta dan kota yang lain terdapat restoran makanan dan masakan khas Palembang namun rasanya pastinya berbeda dengan rasa yang asli dari Palembang.







Kamis, 24 Mei 2012

SALAH SATU ICON WISATA KOTA PALEMBANG


Sejarah Jembatan Ampera
Pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana pampasan perang Jepang. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut
Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965 tepatnya pada tanggal 30 September 1965 Oleh Letjend Ahmad Yani ( sore hari Pak Yani Pulang dan subuh 1 Oktober 65 menjadi Korban G.30 S PKI), sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Akan tetapi, setelah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno sangat kuat, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera. tetapi masyarakat palembang lebih suka memanggil jembatan ini dengan sebutan “Proyek Musi.Bagian tengah Jembatan Ampera, ketika baru selesai dibangun, sepanjang 71,90 meter, dengan lebar 22 meter. Bagian jembatan yang berat keseluruhan 944 ton itu dapat diangkat dengan kecepatan sekitar 10 meter per menit. Dua menara pengangkatnya berdiri tegak setinggi 63 meter. Jarak antara dua menara ini 75 meter. Dua menara ini dilengkapi dengan dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton.

Keistimewaan Jembatan Ampera
Pada awalnya, bagian tengah badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi Sungai Musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.
Sejak tahun 1970, Jembatan Ampera sudah tidak lagi dinaikturunkan. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini, yaitu sekitar 30 menit, dianggap mengganggu arus lalu lintas antara Seberang Ulu dan Seberang Ilir, dua daerah Kota Palembang yang dipisahkan oleh Sungai Musi.Alasan lain karena sudah tidak ada kapal besar yang bisa berlayar di Sungai Musi. Pendangkalan yang semakin parah menjadi penyebab Sungai Musi tidak bisa dilayari kapal berukuran besar. Sampai sekarang, Sungai Musi memang terus mengalami pendangkalan .


Pada tahun 1990, dua bandul pemberat untuk menaikkan dan menurunkan bagian tengah jembatan, yang masing-masing seberat 500 ton, dibongkar dan diturunkan karena khawatir jika sewaktu-waktu benda itu jatuh dan menimpa orang yang lewat di jembatan.jembatan Ampera pernah direnovasi pada tahun 1981, dengan menghabiskan dana sekitar Rp 850 juta. Renovasi dilakukan setelah muncul kekhawatiran akan ancaman kerusakan Jembatan Ampera bisa membuatnya ambruk.Bersamaan dengan eforia reformasi tahun 1997, beberapa onderdil jembatan ini diketahui dipreteli pencuri. Pencurian dilakukan dengan memanjat menara jembatan, dan memotong beberapa onderdil jembatan yang sudah tidak berfungsi.Warna jembatan pun sudah mengalami 3 kali perubahan dari awal berdiri berwarna abu-abu terus tahun 1992 di ganti kuning dan terakhir di tahun 2002 menjadi merah sampai sekarang.
hhhhhhhhhhh
By Dian

SEJARAH KOTA PALEMBANG


   Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1382 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut Prasasti yang berangka tahun 16 Juni 682. Pada saat itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai kota Palembang. Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air, bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan. Bahkan saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah yang yang tergenang oleh air (data Statistik 1990). Berkemungkinan karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang kota ini menamakan kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan; sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air.

Kondisi alam ini bagi nenek moyang orang-orang Palembang menjadi modal mereka untuk memanfaatkannya. Air menjadi sarana transportasi yang sangat vital, ekonomis, efisien dan punya daya jangkau dan punya kecepatan yang tinggi. Selain kondisi alam, juga letak strategis kota ini yang berada dalam satu jaringan yang mampu mengendalikan lalu lintas antara tiga kesatuan wilayah:
Tanah tinggi Sumatera bagian Barat, yaitu : Pegunungan Bukit Barisan.
Daerah kaki bukit atau piedmont dan pertemuan anak-anak sungai sewaktu memasuki dataran rendah.
Daerah pesisir timur laut.

Ketiga kesatuan wilayah ini merupakan faktor setempat yang sangat mementukan dalam pembentukan pola kebudayaan yang bersifat peradaban. Faktor setempat yang berupa jaringan dan komoditi dengan frekuensi tinggi sudah terbentuk lebih dulu dan berhasil mendorong manusia setempat menciptakan pertumbuhan pola kebudayaan tinggi di Sumatera Selatan. Faktor setempat inilah yang membuat Palembang menjadi ibukota Sriwijaya, yang merupakan kekuatan politik dan ekonomi di zaman klasik pada wilayah Asia Tenggara. Kejayaan Sriwijaya diambil oleh Kesultanan Palembang Darusallam pada zaman madya sebagai kesultanan yang disegani dikawasan Nusantara